“Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan.” (Keluaran 4:12)
Gery seorang anak SMU yang pandai berbahasa Inggris. Dalam program pertukaran siswa di sekolahnya, Gery terpilih untuk mengikuti program home stay selama dua bulan di luar negeri. Ia sangat antusias sekaligus sangat khawatir kesulitan berkomunikasi dengan masyarakat berbahasa Inggris di sana. Gurunya berusaha meyakinkannya, tetapi Gery tetap ragu.
Hal itu sama halnya dengan Musa yang ragu “bagaimana kalau nanti terjadi begini … begitu …?” tatkala Tuhan menugaskannya di kitab Keluaran 3. Tuhan berusaha meyakinkan Musa dengan memperlihatkan banyak keajaiban: tongkat menjadi ular, tangan menjadi penuh kusta lalu sembuh kembali. Namun, Musa tetap merasa tidak sanggup karena ia tidak pandai bicara (Keluaran 4:10). Tuhan menyadarkannya dengan keras, “Siapakah yang membuat lidah manusia?” (ayat 11). Puncaknya, Musa tetap ingin lari dari tugasnya. Tuhan murka (ayat 12) sehingga Musa tunduk. Yang luar biasa, Musa sudah menolak dengan sejuta alasan, tetapi Tuhan tetap ingin memakainya dan menyertainya seumur hidupnya.
Janji penyertaan-Nya berlaku hingga kini dan selamanya dan pasti digenapi. Bagaimana respons kita? Hari ini kita diingatkan untuk mendengarkan dan percaya pada perkataan-Nya, bukan pada perkataan orang atau diri sendiri. Tuhan akan senantiasa menyertai setiap langkah kita setiap hari, menolong kita melewati setiap keraguan. Jika kita masih sering berpikir, “Bagaimana bila nanti …,” inilah saatnya untuk mengubahnya menjadi, “ Ayo kerjakan yang terbaik bersama Tuhan.”
(Ayub Yahya)