Dilahirkan Kembali, Bukan Dihapus

“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” (Yohanes 3:3b)

Dulu, setiap kali kita salah tulis dengan pensil, penghapus dapat menghilangkan kesalahan itu. Untuk kesalahan yang dibuat dengan bolpoin pun ada correction fluid . Lebih mudah lagi kesalahan yang dibuat di komputer: dalam waktu sekejap tombol backspace dan delete menghapus semuanya. Tetapi, untuk kisah kehidupan kita, tidak ada penghapus untuk membersihkan, menutupi kesalahan, dan mengulang dari nol, seolah-olah yang lalu tidak pernah terjadi!

Ada sebuah ajakan yang Yesus tawarkan kepada Nikodemus, seorang Farisi yang sangat taat melakukan hukum Taurat, yakni untuk dilahirkan kembali dalam Roh. Kelahiran ini dimengerti sebagai kelahiran fisik oleh Nikodemus sehingga ia menganggapnya mustahil. Padahal yang Yesus maksudkan adalah agar Nikodemus menyerahkan diri kepada kebenaran firman dan kuasa Allah. Hidup yang tidak mengejar keselamatan melalui hukum Taurat, tetapi bersandar pada iman dan kasih kepada Allah.

Maukah kita dilahirkan kembali di dalam Roh? Mungkin lembaran hidup kita diwarnai setumpuk catatan kelam tentang dosa dan kegagalan kita. Semua peristiwa itu tidak dapat kita hapus sehingga kita putus asa dan terus menyesalinya. Mari, hentikan rasa putus asa dan penyesalan itu! Lihatlah tangan Tuhan yang terbuka, menanti kita menyerahkan hidup kita untuk mengasihi-Nya dan tunduk pada kebenaran-Nya. Pertobatan yang sejati tidak menuntut kita menghapus dan melupakan kegagalan di masa lalu, melainkan meminta komitmen kita untuk terus memegang firman-Nya di dalam setiap langkah kita. (Helen Aramada)

Pdt Evi Mutiara